ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali
Bencana tanah longsor menelan korban jiwa terjadi di Banjar Tarukan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Senin (9/12) pukul 14.30 Wita. Saat itu cuaca sedang turun hujan, namun 5 orang buruh tetap bekerja menggali tanah untuk fondasi senderan. Apes, kondisi tanah bagian bawah yang diguyur hujan menyebabkan tanah bagian atas labil. Dalam hitungan detik, tanah setinggi 3,5 meter longsor. Tiga buruh berhasil menyelamatkan diri, namun dua orang lagi yang berada dalam lubang galian tak keburu menyelamatkan diri.
Kedua korban yang tertimbun, yakni Randy,14, asal Probolinggo, Jawa Timur dan Warsito,27, asal Lumajang, Jawa Timur. Tanah yang longsor rencananya dibangun senderan yang di atasnya merupakan sanggah milik I Wayan Benteng,65. Informasi yang dihimpun, sebelum kejadian sekitar pukul 13.00 Wita, sebanyak 5 orang buruh bekerja membuat lubang pondasi senderan tembok sanggah I Wayan Benteng dengan menggunakan cangkul, sekop dan alat manual lainnya dengan lebar 60 Cm dan panjang 8 meter. Posisi lubang pondasi memanjang dari utara ke selatan.
Selanjutnya, sekitar pukul 14.30 Wita pada saat kelima orang buruh sedang membuat lubang pondasi tembok senderan hujan turun cukup deras. Dalam sekejap tiba-tiba tembok pagar sanggah longsor dan menimpa para pekerja. Dua pekerja yang posisinya ada di dalam lubang galian tidak sempet menyelamatkan diri sehingga tertimbun tanah longsoran. Panjang longsoran sekitar 8 meter dengan ketinggian 3,5 meter.
Tiga buruh yang lain spontan berteriak minta tolong dan didengar oleh sejumlah warga yang berdatangan melihat ke TKP. Dengan alat seadanya, longsoran digali untuk menemukan posisi korban. Warga juga meminta bantuan evakuasi ke BPBD Kabupaten Gianyar dan Polsek Ubud. Atas laporan tersebut sekitar pukul 15.00 Wita Personel Polsek Ubud dipimpin Kapolsek Ubud Kompol Gusti Nyoman Sudarsana dan tim BPBD Kabupaten Gianyar tiba di TKP selanjutnya melakukan upaya penggalian terhadap dua orang buruh/pekerja yang masih tertimbun longsoran.
Setelah dilakukan penggalian sekitar pukul 16.00 Wita tubuh dua orang pekerja/buruh tersebut berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, selanjutnya kedua korban dievakuasi dan dibawa dengan ambulance ke RS Aricanti Mas Kecamatan Ubud. Diduga tembok sanggah longsor karena adanya penggalian tanah di bagian bawah samping. Karena ada galian tanah dan cuaca hujan cukup deras mengakibatkan kondisi tanah tembok menjadi labil dan tidak kuat menahan beban sehingga kemudian longsor dan menimpa para pekerja/korban yang saat itu sedang menggali lubang pondasi senderan di bagian bawah.
Kapolsek Ubud, Kompol Gusti Nyoman Sudarsana saat dikonfirmasi mengatakan dua korban meninggal dunia sudah dievakuasi ke RS Ari Canti Desa Mas. Sementara lokasi kejadian dipasangi police line. "Kami sudah interogasi pekerja, mandor dan sejumlah saksi," jelasnya.
Terpisah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Made Rentin mengatakan pada bulan Desember ini Bali telah memasuki musim hujan. Warga diimbau untuk mewaspadai curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir dan longsor.
Berdasarkan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Dasarian I Desember 2024 dari BBMKG Wilayah III Denpasar, seluruh wilayah di Bali berpotensi mengalami banjir pada bulan Desember ini. Namun, Kabupaten Buleleng memiliki potensi paling besar mengalami banjir. Sementara kabupaten/kota lainnya memiliki potensi menengah.
Sementara itu, bencana tanah longsor juga mengintai Bali pada akhir tahun ini. Kabupaten di Bali yang termasuk di dalam daftar yang berpotensi mengalami gerakan tanah (longsor) di bulan Desember 2024, yaitu Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Klungkung, dan Tabanan. “Bali sudah memasuki musim hujan. Dengan semakin seringnya kejadian bencana, BPBD Provinsi Bali mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana, demi mewujudkan Bali yang tangguh bencana,” kata Rentin, Senin kemarin.
Berdasarkan data yang dirangkum oleh BPBD Provinsi Bali serta BPBD kabupaten/kota se-Bali, cuaca ekstrem yang melanda Bali dari tanggal 2-8 Desember 2024 mengakibatkan sejumlah kejadian, meliputi pohon tumbang, banjir, tanah longsor, kerusakan bangunan, jalan jebol, dan abrasi. Kejadian pohon tumbang tercatat di 30 titik di berbagai kabupaten/kota, dengan rincian Badung 3 titik, Bangli 5 titik, Karangasem 6 titik, Gianyar 3 titik, Tabanan 3 titik, dan Buleleng 10 titik.
Banjir melanda 5 titik di Bali, dengan rincian Kabupaten Buleleng 4 titik dan Kabupaten Karangasem 1 titik. Kejadian senderan jebol tercatat di 7 titik, dengan rincian Kabupaten Buleleng 4 titik, Kota Denpasar 1 titik, dan Kabupaten Karangasem 2 titik. Bencana tanah longsor terjadi di 7 titik, yaitu Kabupaten Buleleng 3 titik, Kabupaten Bangli 1 titik, Kabupaten Jembrana 2 titik, dan Kabupaten Gianyar 1 titik. Dahan pohon patah tercatat di 2 titik yaitu Kabupaten Karangasem 1 titik dan Kabupaten Buleleng 1 titik. Satu bangunan roboh dilaporkan di Kabupaten Buleleng.
Kejadian atap rumah jebol terjadi di 2 titik yaitu Kabupaten Badung 1 titik dan Kabupaten Jembrana 1 titik. Jalan jebol tercatat di 1 titik, yaitu di Kabupaten Bangli. Kejadian bak penampungan air jebol tercatat di Kabupaten Buleleng. Dan, kejadian abrasi terjadi di 1 titik di Kabupaten Klungkung. “Meski fenomena cuaca ekstrem terjadi cukup meluas, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka dilaporkan. Namun, kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp 9,4 miliar,” ungkap Rentin. adi. 7 nvi, adi