ARTICLE AD BOX
Program penanaman padi gogo ini salah satu upaya ketahanan pangan di Kabupaten Buleleng untuk memaksimalkan lahan-lahan tidak produktif.
Varietas padi gogo yang ditanam yakni varietas unggul Inpari 32, yang dikenal memiliki ketahanan atas cekaman kekeringan. Kepala Dinas Pertanian Buleleng Gede Melandrat mengatakan, program ini merupakan bagian dari langkah besar untuk mendorong swasembada pangan. Terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi besar tetapi menghadapi kendala iklim dan ketersediaan air.
Lokus penanaman padi gogo di Desa Bulian sudah dilakukan beberapa kali. Total di Desa Bulian Dinas Pertanian menargetkan luasan lahan padi gogo 40 hektare. “Untuk program Perluasan Areal Tanam (PAT) Padi Gogo target kami di tahun 2024 ini seluas 330 hektare. Itu tersebar di 8 desa di 4 kecamatan,” ucap Melandrat.
Dia menjelaskan upaya perluasan area tanam ini dipilih padi gogo karena lebih tahan kekeringan dan memiliki adaptasi tinggi di lahan marginal. Sifat padi gogo ini membuatnya tidak memerlukan irigasi khusus namun tetap dapat tumbuh dengan baik.
Budidaya padi gogo juga tergolong ramah lingkungan karena meminimalisir penggunaan bahan kimia, pupuk, dan pestisida. Kelebihan lainnya, biaya produksi dan kebutuhan tenaga kerja rendah, dapat dibudidayakan dengan pola tumpang sari dan tidak memerlukan teknologi tinggi.
Sementara itu budidaya padi gogo kembali dimasyarakatkan tahun ini dengan bantuan pemerintah pusat. Budidaya padi gogo dalam keseharian hanya dikembangkan di beberapa titik wilayah Buleleng. Hasil padi gogo ini biasanya digunakan sebagai sarana upacara.
Menurut teori, satu hektare lahan padi gogo hanya menghasilkan 2-3 ton gabah, meskipun potensi bisa dimaksimalkan menjadi 4-5 ton. Selain juga umur panen lebih panjang jika dibandingkan padi inbrida, yakni 119 hari. Bibit padi gogo juga sejauh ini harus dipesan khusus. Meski memiliki produktivitas lebih rendah, padi gogo cukup menjanjikan untuk lahan-lahan kering dan tidak produktif.
“Mudah-mudahan di lahan ini hasilnya bagus, sehingga nanti bisa dikembangkan di lahan-lahan kering lainnya. Kami berkomitmen untuk terus mendampingi kelompok tani. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi tonggak bagi tercapainya swasembada pangan yang berkelanjutan di masa mendatang,” ungkap Melandrat.
Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat (STO) Kementerian Pertanian, Andi Muhammad Idil Fitri yang turut hadir dalam kegiatan ini menyampaikan mengapresiasi gerakan tanam yang berlangsung. “Dahulu Bali, Buleleng dikenal sebagai salah satu penghasil padi gogo, namun beberapa tahun menghilang, kali ini motivasi dan semangat luar biasa ditunjukkan jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng sehingga sudah bisa tanam dan bahkan panen dengan hasil yang luar biasa”, ujarnya. 7 k23