ARTICLE AD BOX
Kelian Pengemong Penyatusan Pura Dalem Penataran, I Made Tirana, menyampaikan bahwa piodalan tahun ini mengutamakan prosesi Dewa Yadnya dengan rangkaian yang mencakup mepeed dan mundut soda prani.
Piodalan berlangsung selama tiga hari, hingga Senin (2/12), dengan Ida Bhatara nyejer selama upacara berlangsung. Sebelum Ida mesineb, digelar prosesi mepeed dan mundut soda prani mengelilingi wilayah pura.
Rangkaian piodalan dipuput oleh Ida Pedanda saking Griya Panasan, Banjar Ujung, yang memimpin persembahan upakara bebangkit, dengan anggaran mencapai Rp 60-70 juta. Tahun depan, piodalan akan memasuki tingkat nyatur lebah dengan biaya Rp 100-125 juta.
“Tingkat yadnya sudah direncanakan setiap tahun berdasarkan hasil pinunas Ida Nak Lingsir. Tahun 2024 bebangkit, dan tahun 2025 nyatur, yang tergolong tingkat utama,” tambahnya.
Menurut Made Tirana, piodalan ini menjadi momen untuk memohon keselamatan dan keselarasan bagi masyarakat Bali. “Harapan kami sederhana, agar Ida Bhatara memberikan perlindungan, kesehatan, dan kerahayuan. Kami ingin jagat Bali tetap rahayu,” ujarnya.
Persiapan piodalan dilakukan secara gotong royong oleh krama banjar, termasuk memasang wastra, pengangge, dan membuat banten. Lima hari sebelum piodalan, krama istri aktif menyiapkan sarana upacara tanpa membeli banten, melainkan membuatnya sendiri. Keterlibatan sekaa teruna juga menjadi bagian penting dalam tradisi ini.
Piodalan kali ini difokuskan pada Dewa Yadnya yang dilengkapi prosesi mecaru untuk nyomia bhuta kala. Setelah piodalan, Desa Adat Sumerta juga akan menggelar Caru Nangluk Merana pada Kajeng Kliwon pertama sebagai upaya menjaga keseimbangan alam dan mencegah gangguan wabah.
Tradisi tahunan di Pura Dalem Penataran ini tidak hanya menjadi ajang ritual keagamaan, tetapi juga simbol kekompakan dan solidaritas krama banjar dalam menjaga nilai-nilai adat dan budaya Bali. *m03