Warning: session_start(): open(/home/beritaterbaruid/public_html/src/var/sessions/sess_cc243a90e5bd96832a402aef940bcd3c, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/beritaterbaruid/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/beritaterbaruid/public_html/src/var/sessions) in /home/beritaterbaruid/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Tenun Khas Desa Julah Tidak Boleh Dipakai Sembarangan - BeritaTerbaruID

Tenun Khas Desa Julah Tidak Boleh Dipakai Sembarangan

2 weeks ago 2
ARTICLE AD BOX
Diantaranya produk kerajinan kain tenun. Tidak seperti kain tenun lainnya, hasil tenun Julah merupakan kain bebali yang erat kaitannya dengan ritual upacara keagamaan. Kain tenun yang dihasilkan tidak boleh dipakai sembarangan.

Kain tenun Julah wajib ada di masing-masing keluarga dan di setiap upacara adat. Namun warga yang masih menenun hanya 3 orang saja. Ketiganya yakni Ketut Resini, Ketut Sarining, dan Luh Mertanadi. Mereka belajar menenun dari tetua masing-masing.

Secara kasat mata, kain tenun Julah memiliki rangkaian benang yang agak longgar dibandingkan dengan kain tenun pada umumnya. Sehingga jika dibuka lembar kainnya terlihat menerawang. Ketut Resini menjelaskan dalam proses menenun kain khas Julas mulai dari persiapan benang. Yang memerlukan waktu lebih panjang pada perebusan benang yang dicampur tepung kanji lalu dikeringkan di bawah terik matahari.

“Motifnya sedikit, hanya ada 6 jenis dan itu beda-beda penggunaannya tidak boleh sembarangan,” ucap Resini.

Motif kain geringsing, adalah kain tenun yang khusus digunakan sebagai alas banten. Kain ini wajib ada saat upacara pawintenan. Kedua motif kain kasang yang dipakai saat upacara pawintenan. Bedanya jika kain geringsing dipakai alas, kain kasang berfungsi sebagai penutup sarana upacara. Kain kasang hanya memiliki ukuran tak lebih dari sapu tangan. Upacara pawintenan juga menggunakan kain sakukup yang dipakai sebagai sarana banten.

Motif keempat yakni kamen daki yang dipakai saat upacara manusa yadnya. Lalu kain tapih pegat yang juga dikenakan saat upacara manusa yadnya. Satu lagi adalah kain tenun putih polos tanpa motif yang wajib diletakkan di sanggah merajan warga.  

“Hanya kain tapih pegat ini yang bisa digunakan sehari-hari. Setelah digunakan dalam upacara manusa yadnya kain ini dipakai alas tidur pasangan suami istri, posisinya hanya dari pinggang ke bawah. Tidak boleh dibuang sebelum rusak sendiri, tidak boleh dipinjamkan atau diberikan orang lain,” kata Resini.

Dia menyebut aturan pemakaian kain tenun ini diyakini turun temurun. Resini pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana makna filosofi. Sejauh ini seluruh warga Julah tetap menjalankan adat tradisi tersebut tanpa berani melanggar.

Sementara itu kegiatannya menenun kini menjadi sebuah pekerjaan. Ada saja pesanan yang datang, karena selalu diperlukan saat warga desanya menggelar upacara yadnya. Terlebih kini yang masih menekuni kerajinan ini hanya 3 orang saja.

Dalam sehari, para penenun itu bisa menghasilkan selembar kain berukuran besar. Ukurannya mencapai panjang 2 meter dengan lebar 50 sentimeter yang dijual seharga Rp 350 ribu. Sedangkan ukuran yang lebih kecil, dijual seharga Rp 125 ribu. Untuk ukuran kecil, para penenun bisa memproduksi hingga 2 lembar kain.7 k23
Read Entire Article