ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Hujan deras yang mengguyur kawasan Legian, Kuta, Badung sejak Sabtu (21/12) hingga, Minggu (22/12) mengakibatkan banjir parah di beberapa wilayah. Puluhan vila, hotel, restoran, dan kafe terendam air, sementara sejumlah wisatawan dan warga terpaksa dievakuasi menggunakan rubber boat. Banjir kali ini terjadi lebih lama karena air laut sedang pasang, sehingga memperlambat aliran air sungai ke laut.
Wilayah-wilayah yang terdampak banjir, antara lain Jalan Dewi Sri IV, Jalan Pandawa, Jalan Campuhan, Jalan Prajanatha, dan Jalan Dewi Sri Induk. Tinggi air di Jalan Dewi Sri IV disebut hingga mencapai pinggang orang dewasa, sekitar 75 centimeter. “Dulu, kawasan ini adalah persawahan yang menjadi tempat peresapan air. Sekarang lahan tersebut sudah berubah menjadi kawasan pemukiman, jasa perdagangan, dan industri. Akibatnya, bidang resapan air berkurang secara signifikan,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Legian, Wayan Puspa Negara, Minggu siang.
Menurut Puspa Negara, perubahan fungsi lahan menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, sedimentasi pada Tukad Mati dan saluran air yang tidak memadai memperburuk situasi. Kondisi ini diperparah oleh aliran dari Tukad Imam Bonjol yang masuk ke Tukad Mati, menambah beban aliran air.
“Pembuatan saluran air atau gorong-gorong harus dilakukan secara masif di semua ruas jalan. Di Legian kurang lebih ada 22 ruas jalan yang gorong-gorongnya belum sempurna, ada yang berisi dan tidak,” tuturnya.
Tim evakuasi yang terdiri dari BPBD Badung dan Balawista mengerahkan masing-masing rubber boat untuk membantu warga dan wisatawan. Sebagian besar yang dievakuasi adalah wisatawan yang hendak check-in atau check-out dari vila dan hotel, serta karyawan yang harus beraktivitas di kawasan tersebut. “Kami memindahkan mereka ke jalan yang kering agar bisa dijemput kendaraan. Namun, memang tidak ada tempat khusus seperti pengungsian karena ini adalah daerah pariwisata,” jelas anggota DPRD Badung ini.
Untuk mengatasi banjir berulang di Legian, Puspa Negara mengusulkan beberapa langkah pengerukan sedimentasi secara berkala di Tukad Mati, pembuatan gorong-gorong atau pembangun saluran air secara masif di 22 ruas jalan di kawasan Legian, dan pembuatan sodetan dari Tukad Teba ke Tukad Badung untuk mengurangi beban aliran ke Tukad Mati.
“Kondisi ini kalau hujan lebat terutama di Tukad Mati atau air laut naik pasti sudah banjir. Banjir ini berulang dan terus karena kawasan itu reservoar air, kawasan persawahan yang sekarang berubah fungsi menjadi tempat pemukiman dan industri perdagangan usaha. Jadi harus ada solusi jangka panjangnya,” imbuhnya.
Terpisah, Lurah Legian Putu Eka Martini menerangkan banjir di Legian terjadi di sejumlah titik yang berdekatan dengan DAS (Daerah Aliran Sungai) Tukad Mati. Seperti Jalan Nakula, Pandawa, Dewi Sri, Campuhan, Prajanatha depan kantor lurah dan Dewi Sri IV.
“Jadi vila tempat tamu yang dievakuasi itu kebetulan titik paling rendah dan paling tinggi genangan. Kantor lurah kita yang selesai direnovasi juga terkena banjir, padahal kondisi tangga sudah ditinggikan,” ungkapnya. Permintaan evakuasi dilakukan saat banjir yang terjadi pada, Minggu kemarin, sedangkan banjir hari Sabtu (21/12) tidak ada permintaan evakuasi. Saat itu, beberapa pompa telah diterjunkan langsung oleh Dinas PUPR dan BWS Bali Penida untuk melakukan penyedotan. Termasuk BPBD dan Linmas yang membantu evakuasi. Ke depan, dia menilai diperlukan upaya pengerukan sedimentasi secara berkelanjutan, mengingat beban tukad mati cukup berat menyalurkan air hujan. Serta penambahan pembatas ketinggian sungai untuk mencegah luapan air sungai.
“Kita sudah meminta pihak BWS untuk nantinya dapat mengeruh kondisi sedimentasi. Petugas juga sudah menerjunkan pompa tambahan untuk membantu menyedot genangan,” pungkasnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung, Ketut Murdika mengatakan jika evakuasi dilakukan di sejumlah lokasi. Di antaranya di Jalan Dewi Sri (bukan induk), kemudian di Jalan Blonk, serta di Jalan Dewi Saraswati Seminyak. Hal itu dilakukan sebab genangan air di titik tersebut mencapai sepinggang orang dewasa. “Kita mulai lakukan evakuasi dari jam 6 pagi. Sampai saat ini masih berlangsung,” ungkapnya, Minggu kemarin.
Murdika melanjutkan, kalau bantuan evakuasi bukan hanya dilakukan oleh pihaknya tetapi juga dari berbagai pihak lain, seperti pihak kepolisian dan Balawista Badung. Dari BPBD Badung sendiri, mereka menerjunkan dua unit perahu fiber dan mengerahkan sebanyak 6 orang personel. Dalam pelaksanaan evakuasi, dia mengaku jika perahu tidak digerakkan dengan mesin tetapi ditarik secara manual. “Kebanyakan tamu itu adalah tamu check out,” tuturnya. Kepala UPT Balawista Kuta, I Ketut Ipel mengatakan jika pihaknya turut terlibat dalam situasi tersebut, yang mana bergerak pada titik-titik sekitar alur sungai Tukad Mati.
“Kami bergerak dari sekitar jam 10 pagi untuk memberikan bantuan evakuasi bergabung dengan pihak lainnya seperti dari kepolisian dan BPBD. Lokasinya ada di seputaran Tukad Mati,” imbuhnya.
Terpisah Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Made Rentin mengungkapkan hujan hampir sepanjang hari yang mengguyur wilayah Bali pada Minggu kemarin telah mengakibatkan sejumlah kejadian bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mencatat kejadian bencana berupa pohon tumbang, banjir, tanah longsor, dan bangunan jebol/roboh.
Rentin mengatakan, pohon tumbang terjadi di 9 sembilan titik, yaitu 1 titik di Kabupaten Bangli, 1 titik di Kabupaten Tabanan, 3 titik di Kabupaten Karangasem, 2 titik di Kabupaten Buleleng dan 2 titik di Kabupaten Jembrana. “Dampak dari kejadian tersebut nihil korban jiwa/luka. Estimasi kerusakan Rp2 juta,” jelas Rentin.
Hujan deras juga mengakibatkan banjir di 2 titik yaitu 1 titik di Kota Denpasar dan 1 titik di Kabupaten Badung. Dampak dari kejadian tersebut juga nihil korban jiwa/luka dan nihil estimasi nilai kerusakan. Tanah longsor terjadi di 2 titik di Kabupaten Buleleng. Dampak dari kejadian tersebut nihil korban jiwa/luka. Estimasi kerusakan Rp50 juta. Sementara bangunan jebol/roboh dilaporkan terjadi di 1 titik yakni di Kabupaten Buleleng. Dampak dari kejadian tersebut nihil korban jiwa/luka. Estimasi kerusakan Rp30 juta.
Dengan semakin seringnya kejadian bencana, BPBD Provinsi Bali mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana, demi mewujudkan Bali yang tangguh bencana. “Berdasarkan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Dasarian II Desember 2024 dari BBMKG Wilayah III Badung, Bali sudah memasuki musim hujan. Warga diimbau untuk mewaspadai curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir dan longsor,” ujar Rentin. 7 ol3, adi